Jurusan Arsitektur Kontribusi Sebagai Pembicara Pada Post-Doctoral Conference di Jerman
Beberapa waktu lalu, Dr. Ing. Ilya F. Maharika, IAI mendapat undangan sebagai pembicara dalam International Post Doc Conference “Beyond-Another view on space and landscape” yang diselenggarakan di Kassel, Jerman. Acara ini diselenggarakan selama 2 hari yaitu 24-25 September 2010 oleh Faculty of Architecture, Urban Planning, Landscape Planning, Kassel University yang dihadiri lebih dari 30 doktor dari berbagai negara seperti Jepang, Mesir, Yunani, Kanada, beberapa negara Eropa dan Jerman sebagai tuan rumah. Dalam kegiatan ini, wakil dari Indonesia adalah Ilya dan Dr. Ing. Wijaya Martokusumo dari ITB yang keduanya adalah alumni dari Universitas Kassel ini.
Pada kesempatan tersebut Ilya mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Gene of Desakota: pattern, change, intervention, and participation” yang mendapat perhatian dari banyak peserta karena menunjukkan kondisi yang sangat tepat memotret kondisi masa depan perkotaan yang semakin tidak jelas sebagai salah satu ciri transitoric spaces. Menurut, Profesor Detlev Ipsen yang menjadi tuan rumah sekaligus pemandu konferensi ini menjelaskan bahwa transitoric spaces ini dapat berkembang menjadi sinkroni antara harapan-harapan yang tergambar melalui raum-bild (gambaran atau imajinasi manusia tentang ruang) dan kenyataan. Namun demikian, dapat pula yang terjadi adalah proses yang degeneratif – menuju pada terbukanya kesenjangan yang lebar antara imajinasi dan kenyataan. Adalah tantangan bagi para arsitek, perencana kota dan perencana lansekap untuk mengembangkan cara pandang dan teknik-teknik baru dalam mensikapi ruang yang sedang berubah tersebut. Dalam diskusi muncul pendekatan baru yang melihat potensi ‘perencanaan mikro’ (micro planning) yang lebih berbasis pada pengubahan pengetahuan dan raum-bild masyarakat terhadap ruang terlebih dahulu ketimbang proses perubahan spasial melalui peta dan instrumen perencanaan lain. Pandangan ini tentu saja berbeda dengan paradigma perencanaan konvensional yang berbasis peta yang bertendensi menciptakan ruang terlebih dahulu.
Dalam konferensi itu, para pembicara lain juga memperlihatkan teknik dan paradigma yang eksperimental untuk menanggapi transitoric spaces itu. Di antaranya adalah Prof. Dr. Hans Ulrich Werner dari University of Applied Science Offenburg, Jerman yang mengenalkan ‘sound space’ sebagai alat untuk memahami ruang secara lebih sensitif. Dr. Hirofumi Ueda dari Jepang misalnya juga mengemukakan berbagai persepsi manusia yang berbeda-beda dalam melihat lansekap. Keragaman ini, yang ditunjukkan oleh masyarakat Rusia, Jepang dan Jerman sebagai sampelnya, menunjukkan adanya raum-bild yang harus secara sensitif disikapi dalam setiap proses perencanaan dan perancangan. Konferensi tersebut juga menghasilkan adanya komitmen untuk menjalin kerjasama lebih luas dalam bentuk jejaring riset di bidang ini.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!