Berita Dari Belanda (Fadila Mahasiswa Double Degree Arsitektur UII – Urban Design Saxion University)

Saya mulai menyadari sedikit perbedaan siang, bukan matahari yang bersinar dengan teriknya, tetapi waktu siang yang lebih lama dari yang pernah saya alami. Itu karena, saya merasakan panas matahari yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Ya.. saat ini saya berada di Deventer, Belanda. Salah satu tempat impian siswa dalam melanjutkan studinya. Keberadaan saya di sini bukan karena proses kilat yang dapat muncul seperti sulap. Saya hari ini adalah hasil dan cerminan saya masa lalu. Persiapan merupakan hal wajib dalam merajut mimpi juga harapan. Usaha yang saya lakukan adalah dengan mengikuti persiapan bahasa. Di saat kawan pergi berlibur dengan keluarga pada masa libur semester, saya menghabiskan waktu liburan dengan belajar bahasa di Kediri, Jawa Timur. Lalu persiapan tambahan saya lakukan dengan kursus TOEFL/IELTS pada malam hari di Yogyakarta, sedangkan di waktu itu saya juga harus bertarung dengan mempertahankan hasil belajar dan tugas Arsitektur yang berebut untuk dikerjakan. Tidak ada usaha tanpa kerja yang semangat dan optimal.  Setidaknya itu adalah kata indah yang saya ingat, dari nasihat senior saya di Arsitektur. Hasil indah dan berbuah manis saya dapatkan dengan menerima Letter of Acceptance (LoA) dari kampus yang saya tuju. Kini, saatnya saya menuai hasil yang saya tanam selama 1,5 tahun mempersiapkan berbagai hal. Tuhan memeluk doa dan harapan saya. Saya, Fadila Septiandiani saat ini tercatat sebagai mahasiswi Internasional jurusan Urban Design (SDP) di Saxion Univeristy, Belanda. Pencapaian saya ini tentu saja tidak lepas dari kerja dan upaya dari para pengajar akademik baik dari Jurusan maupun tingkat Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) yang telah menyiapkan kerja sama dengan Saxion University of Applied Sciences. Terutama pada Prof. Dr. Mochamad Teguh selaku dekan FTSP yang telah memberi dukungan dan mengusahakan untuk beasiswa melalui beasiswa Unggulan (Dikti).

Beda tempat menimba ilmu, beda pula kebudayaan, lingkungan dan masyarakatnya. Hal yang paling mencolok adalah suhu yang dingin dan sejuk. Pada musim gugur saat ini suhu berkisar 9-15 derajat Celcius. Di mana, biasanya suhu tersebut saya rasakan di Indonesia jika menggunakan pendingin ruangan. Tetapi bagi masyarakat sekitar, suhu tersebut sudah mampu membuat mereka nyaman dan tetap beraktivitas. Sebagian besar orang-orang Belanda menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi utama. Sehingga, mereka dikenal sebagai masyarakat yang gemar bersepeda. Karena itu, pengguna sepeda memiliki jalur khusus dan lebih diprioritaskan dari pengguna kendaraan bermotor. Bagi banyak orang hal inilah yang membuat nyaman dan tidak ragu untuk bersepeda.

Tentang kehidupan perkuliahan saya juga merasakan banyak hal-hal baru. Saya bertemu banyak teman dari berbagai belahan dunia, mulai dari Hungaria, Spanyol, Brazil, Korea Selatan, China, Vietnam, Iran, Latvia, Slovenia, dan sebagainya. Hal tersebut menambah pengetahuan saya tentang keragaman budaya baik dalam hal pergaulan, maupun komunikasi. Salah satu manfaatnya adalah saya dapat lebih mudah bergaul dengan orang baru, menambah teman dan mudah beradaptasi dengan hal-hal baru, tentunya hal baru tersebut lebih baik dapat dianalisa terlebih dahulu baik dan buruknya. Hal yang baik dapat diambil sebagai pelajaran, hal yang dianggap kurang cocok dapat kita tinggalkan, dan cukup mengetahui saja. Secara garis besar, belajar di Saxion University mengajarkan saya pada pentingnya rasa toleransi, etos belajar, kedisiplinan, dan perjuangan. Semoga kisah pendek saya, dapat bermanfaat bagi kawan-kawan.

Salam semangat dari Deventer, Belanda. Fadila Septiandiani (Arsitektur 10512074)