Architectural Blue Ribbon Award – V


Alhamdulillahirobbil alamin kita dipertemukan kembali dalam gelaran Architectural Blue Ribbon Award (ABRA) menginjak sesi ke-5, seperti yang kami sampaikan sebelumnya bahwa di Jurusan Arsitektur terutama di Program Studi Arsitektur khususnya Program Sarjana kita mempunyai dua hari besar. Yang pertama adalah Sakapari yang alhamdulillah kemarin sudah kita laksanakan. Kemudian yang kedua ABRA kali ini, secara rutin kita lakukan untuk mengapresiasi, menghargai, dan merayakan setelah kita melakukan perkuliahan di semester ganjil yang kemarin.

“Saya mengapresiasi untuk semua karya terbaik dari masing-masing kelas studio, saya sampaikan rasa terima kasih kepada para juri Bapak Dani Hermawan, ST., M.Arch, Ibu Daliana Suryawinata, B.Sc., M.Arch., IAI dan Ir. Jatmika Adi Suryabrata, M.Sc., Ph.D., IAI., GP yang sudah berkenan untuk menilai dan melakukan evaluasi terhadap semua karya terbaik dari mahasiswa”, ungkap Yulianto P. Prihatmaji, Dr., IPM., IAI dalam pembukaan ABRA ke V yang diselenggarakan secara daring via Zoom pada Kamis, 25 Februari 2021.

ABRA ini akan menjadi tradisi yang baik ke depan sehingga kita bisa mengukur menilai dan menghargai apa yang sudah kita capai untuk adik-adik mahasiswa yang sudah terpilih yang dengan tidak biasa kali ini, karena di masa pandemi kemudian juga ada diskon waktu perkuliahan. Ini luar biasa, saya pribadi mengucapkan selamat untuk masuk di gelanggang ABRA semoga ini dapat memicu dan memacu semua juga menulari temen-temen yang lain-lain.

Pada kesempatan ini Daliana Suryawinata bertindak sebagai juri untuk Arsitektur Desain Studio 1 (ADS 1) menyampaikan terima kasih sudah memberikan kesempatan menjadi juri di studio yang sangat menarik. Saya ingin memulai dengan memberikan apresiasi kepada UII terutama di Jurusan Arsitektur ini dimana saya amati, di sini ada proses yang mahasiswa dipaksa untuk melakukan interview, wawancara kepada para calon klien atau user dan masyarakat setempat.

Ini menurut saya penting sekali dan tidak di semua studio hal ini ada, juga tidak semua Universitas lain mengajarkan. Hal ini penting, kenapa? karena begitu kita berpraktek nanti sebagai arsitek memang ini hal yang pertama dilakukan. Seorang arsitek dianggap dapat merancang apapun, tapi sebetulnya kita tidak pernah bisa merancang apapun kalau rancangan yang akan dibangun dan mau sesuai konteks, kita perlu sangat-sangat mendengarkan apa yang dibutuhkan, apa keterbatasannya.

Ada hal spesifik apa di situ yang memang bisa memberikan hal baru untuk potensi desain dan itu penting sekali dilakukan dengan penuh kerja keras oleh hampir semua nominasi 10 besar ini. Saya betul-betul apresiasi mahasiswa yang meluangkan waktunya untuk memberikan waktu untuk wawancara dan menelusuri keinginan-keinginan user, karena ini memang memakan waktu sebetulnya sehingga mengambil waktu dari mendesain. Tetapi ini penting dan hal ini akan sangat berguna sekali ketika kalian berkarir nanti setelah lulus, jadi dari beberapa penilaian desain saya lebih melihat prosesnya daripada hasil desainnya.

Daliana juga berpesan bagi karya yang pilih semoga senang, bagi karya yang belum terpilih mohon jangan berkecil hati atau sedih, karena kita harus tidak berhenti bereksplorasi dan sebagai mahasiswa itu jangan takut salah sehingga kesempatan seperti ini memang bukan untuk mencari aman. Tapi untuk menantang diri sendiri dan juga mencoba sebaik mungkin apa yang dapat kalian lakukan dalam mendesain.

“Tidak mudah bagi saya untuk memilih tiga dari sekian banyak nominator terutama karena topiknya yang beragam, anda harus memilih topik itu dengan hati-hati supaya memperkuat desain anda sendiri, kemudian apa yang anda kerjakan ini bisa menjadi bagian dari portofolio anda”. tutur Jatmika Adi pada saat me-review tiga nominator Studio Akhir Desain Arsitektur (SADA).

Yang ingin saya catat di sini anda (mahasiswa) ke depannya jangan terjebak pada apa yang anda ketahui, maksudnya begini sebagai contoh ada mahasiswa yang senang bersepeda dan memiliki komunitas. Pa akhirnya tugas akhir mahasiswa tersebut membuat museum sepeda, jangan seperti itu untuk menentukan topik yang anda pilih.

Saran saya, mungkin kalau ada memilih topik lihatlah lomba-lomba desain, biasanya di situ ada topik yang mudah itu yang biasanya dikembangkan oleh dewan juri, itu akan menambah wawasan anda juga mendapatkan ide tentang apa yang menarik perhatian orang dan kemudian dengan melihat itu anda bisa membandingkan kemampuan para peserta yang ada di sana. Jatmika mencontohkan idenya sangat sederhana tetapi cara berfikirnya dan presentasinya sangat unik itu yang membuat orang lain tertarik.

Para pemenang Architectural Blue Ribbon Award:
Studio Desain 1
1. Alisya Zahra N. Adrevi
2. Meinora D. Nurhaliza
3. Cita Auliah

Studio Desain 3
1. Aulia Alfaatihah
2. Karina Rachmat
3. Muhammad Z. Arientaka

Studio Desain Arsitektur 1
1. Meizzhan Hady
2. Muhammad F. Fahrurrozi
3. Yoga A. Athallah

Studio Desain Arsitektur 3
1. Adrian F. Maulana
2. Nisaaul Muflihaturrahmah
3. Muhammad F. Arkana

Studio Akhir Desain Arsitektur
1. Sangkan P. Wisesa
2. Yusuf R. Arosyid
3. Muhammad A. Adrian

Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia ke-7 – (SAKAPARI #7)


Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (JARS-UII) kembali menyelenggarakan seminar nasional SAKAPARI yang ke-7 dengan mengambil tema Pengelolaan Cagar Budaya di tengah Krisis. JARS-UII sangat konsern terhadap kelestarian peninggalan cagar budaya di Indonesia sebagai asset bangsa. Pelestarian arsitektur di tengah krisis yang diakibatkan oleh pandemi seperti Covid-19 tetap harus dilakukan untuk kepentingan lintas generasi terkait sejarah, kebanggaan daerah, dan sosial ekonomi.
Cagar Budaya bagi Asitektur bukan hanya sebuah peninggalan masa lalu yang harus dijaga keberadaannya namun harus dapat dimanfaatkan sebagai bagian arsitektur kota yang dapat menghadirkan keuntungan ekonomi sekaligus fasilitas/kepentingan publik. Kelestarian di tengah krisis Covid-19 menjadi tantangan tersendiri terkait pemeliharaan, penggunaan, dan operasionalnya. Preservasi dan konservasi cagar budaya arsitektur harus tetap dapat dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tepat dan sesuai obyek dan penggunaannya. Keterbatasan biaya renovasi, perawatan, serta penggunaan yang sesuai prosedur kesehatan menjadi semakin penting untuk didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Terkait dengan berbagai permasalahan cagar budaya tersebut, JARS UII berinisiatif untuk membahasnya secara tuntas dengan mengundang pakar yang kompeten dibidangnya. Pada seminar SAKAPARI ke-7 ini dihadirkan secara virtual pembicara utama Prof. Antariksa Sudikno PhD dari Universitas Brawijaya Malang yang mengetengahkan presentasi dengan tema “Menentukan Heritage Arsitektur Bangunan Bersejarah dalam Pelestarian”; Assoc.Prof. Arif Budi Sholikhah PhD dengan topic “Heritage in The Time of Crisis”; serta Dr-Ing Putu Ayu Pramanasari Agustiananda dengan judul “Heritage and Resilience” yang keduanya berasal dari Universitas Islam Indonesia.

Seminar dipandu oleh Dr-Ing. Nensi Golda Yuli pada Sabtu, 20 Februari 2021 melalui kanal Zoom Webinar UII dan disiarkan secara luas melalui YouTube Arsitektur UII. Seminar yang dibuka dan dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan Wiryono Raharjo, Ph.D serta Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Miftahul Fauziah, PhD, ini diikuti oleh 114 penyaji paper dari dalam dan luar UII.
Sebagai rangkaian seminar yang rutin dilakukan di akhir semester ini, Prodi Arsitektur UII yang diketuai oleh Dr.Yulianto Purwono Prihatmaji sekaligus Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) ini juga menyelenggarakan Pameran Karya Arsitektur dengan penganugerahan penghargaan karya terbaik Architecture Blue Ribbon Award (ABRA-UII) untuk mahasiswa yang berprestasi di tiap semester. Gelar karya terbaik ini juga didukung oleh Program Profesi Arsitektur (PPAr-UII) dengan Kaprodi Ar.Ir. Ahmad Saifuddin Mutaqi, MT., IAI., AA (sekaligus Ketua Ikatan Arsitek Indonesia / IAI DIY) yang rutin mengundang para arsitek professional dalam dan luar negeri untuk ikut terlibat dalam penilaian karya mahasiswa.
Dengan rangkaian seminar nasional SAKAPARI ini JARS UII tetap berupaya memajukan pendidikan arsitektur di Indonesia menjadi unggul di kancah nasional ataupun dunia.

Sumpah Profesi Arsitek Angkatan Ke-6 Tahun 2021


Jurusan Arsitektur Univerrsitas Islam Indonesia (UII) kembali melahirkan sebelas arsitek muda melalui Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) pada Kamis 11 Februari 2021 yang di selenggarakan secara daring.

Acara sumpah profesi dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Miftahul Fauziah, Ph.D. sekaligus menyerahkan dokumen kelulusan ijazah dan transkip nilai, prosesi pengambilan janji arsitek di lakukan oleh Ketua Ikatan Arsitek Indonesia – Daerah Istimewa Yogyakarta, Ar. Ahmad Saifudin Mutaqi, IAI., AA yang dilanjutkan dengan penyerahan selempang dan SKPI oleh Ketua Jurusan Arsitektur UII, Prof. Noor Cholis Idham, Ph.D., IAI, serta penyerahan SKA Arsitek Muda oleh Ketua IAI DIY, Ar. Ahmad Saifudin Mutaqi, IAI., AA.


Prof. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia dalam sambutannya mengungkapkan “Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai salah satu kampus tertua di negeri ini menjadi salah satu ujung tombak, sangat penting dalam melahirkan arsitek-arsitek yang handal. Kebutuhan akan arsitek yang profesional dan berkualitas baik merupakan tantangan Indonesia saat ini dan kedepan”. Pada kesempatan ini Prof.Nizam berharap UII terus menghasilkan arsitek sesuai dengan kebutuhan dalam negeri maupun dunia Internasional.

Sementara Rektor Universitas Islam Indonesia Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D dalam sambutannya mengupas tuntas tentang Building Information Modeling (BIM) serta memberikan ucapan selamat dan sukses kepada sebelas arsitek muda.