Mahasiswa Arsitektur UII Sabet GOLD Award Kompetisi ARCASIA 2020

Mahasiswa Jurusan Arsitektur UII Kembali mengharumkan nama UII dengan meraih juara GOLD Award dengan Tim dari Arsitektur UII yang diketuai Miftahul Jannah beranggotakan Hermawan Juliansyah dan Prasetyo Adi Nugroho ini mengusung tema “New Languages for New Normal” pada kompetisi desain mahasiswa arsitektur ARCASIA 2020.

Ada yang berbeda pada penyelenggaran Kompetisi Desain Mahasiswa Arsitektur Architects Regional Council Asia (ARCHASIA) 2020 karena situasi Pandemi Covid19 yang belum pernah terjadi sebelumnya, penyelenggaraan kompetisi secara online dipilih untuk tetap menyediakan ajang bagi mahasiswa dari berbagai negara anggota ARCASIA.
Inilah kesempatan bagi mahasiswa dari budaya yang berbeda untuk bertukar dan berbagi ide tentang masalah yang timbul dan diangkat oleh ARCASIA setiap tahun.


Terletak persis di garis imajiner sejarah Yogyakarta, Malioboro menjadi jalan perbelanjaan utama dan tujuan utama di Yogyakarta. Berada di garis poros utara-selatan antara Kraton Yogyakarta dan Gunung Merapi, tempat ini menjadi penting bagi banyak penduduk setempat.

Pandemi COVID-19 berdampak sangat besar dan menyebar dengan cepat melalui infeksi seperti Droplets, Airborne, Contaminated Surface, dan Feces-Oral Residue (menurut WHO) yang dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran virus corona di tempat ini. Namun arus ekonomi dan budaya yang sudah ada di sini juga tidak bisa dihentikan. Kesadaran kami akan kondisi ini harus membuat desain konseptual adaptif yang dinamakan “New Languages for New Normal”. Rancangan tersebut bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan tentang keterbatasan interaksi dan aktivitas umum sebagai dampak dari penggunaan masker, menjaga jarak, dan upaya pencegahan lain dari penyebaran virus corona. Menggunakan berbagai bahasa desain yang kompleks, desain ini memecahkan batasan untuk memastikan bahwa aliran kehidupan tetap berlangsung di Malioboro.

1. Bahasa Sanitasi, menginovasikan sistem wastafel umum mengikuti standar minimum dari WHO. Menggunakan kerab dan dispenser sabun berbasis sensor, terintegrasi dengan penghitung mundur waktu otomatis, memaksa orang untuk mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik, membunuh virus Corona sebelum dibilas. Solusi lain yang ditawarkan adalah menggunakan handsanitizer yang tersedia di signage virtual.
2. Bahasa Komunikasi, dirancang untuk memberikan/memperoleh informasi tanpa batasan penggunaan masker. Penggunaan LED signage dengan informasi audiovisual terdiri dari beberapa fitur antara lain sebagai pengingat ancaman virus Corona, penyemangat untuk sesama masyarakat, dan iklan komersial.
3. Meminimalkan kontak yang menyebar antara pembeli dan penjual, Bahasa Transaksi mengadaptasi ide “Vending Machine”. Menggunakan bahan tembus pandang seperti akrilik sebagai pembatas antara pembeli kepada semua kios, mencegah pembeli menyentuh semua barang dagangan sebelum membeli.
4. Bahasa Atraksi, bertujuan untuk memastikan bahwa hiburan publik tidak menyebabkan berkumpulnya pengunjung. Menggunakan truk pickup dan box, merancang 2 macam ide, yaitu secara fisik dengan pertunjukan live-action yang bergerak menggunakan kendaraan atau pertunjukan virtual dari rumah yang ditayangkan secara bergerak. Membuat latar belakang visual dengan signage komunikasi untuk meningkatkan performance.
5. Mengadaptasi kebiasaan Lesehan, Bahasa Pencernaan menggabungkan aktivitas lokal dan aksi meminimalkan penyebaran virus Corona menjadi sebuah desain kios makan modular, membuat kursi bergaya lesehan dan penghalang di antaranya. Penghalang digunakan untuk meminimalkan penyebaran dengan transisi ruang, dan penghalang dapat digeser untuk fleksibilitas.
6. Bahasa Posisi, bertujuan sebagai sistem pelacakan jejak pengunjung. Sistem tersebut mencakup panduan untuk berjalan dengan satu arah, pelacakan langkah, dan penghitung pengunjung untuk mengurangi kerumunan pejalan kaki. Metode ini dapat menganalisis dan mengingatkan orang untuk berhenti memadati tempat yang dirasa terlalu ramai.
7. Bahasa Mobilisasi, membedakan sistem jejalur transportasi kendaraan bermesin dan non mesin (Becak dan Andong). Penerapan dan pengaturan lalu lintas menjadi penting untuk memastikan kontrol yang tepat di Malioboro. Sebagai contoh, ketika bahasa pertunjukan dimulai, semua transportasi diblokir di jalan raya dan dapat digunakan dalam 1-2 menit kemudian untuk memberi ruang kepada pemain.