Tiga mahasiswa program studi Arsitektur UII, yaitu Ghifari Rizka Utami , Muh. Ihsan Hernanta, Melisa Akma Sari dari angkatan 2016 berhasil meraih juara 2 dalam Sayembara Desain LIVABLE OASIS Sungai Rimba-Banjarbaru yang diselenggarakan oleh Program Studi Arsitektur, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Sayembara ini menyoroti permasalahan yang diakibatkan dari maraknya penebangan liar pepohonan yang terjadi di hutan Banjarbaru, sehingga membuat kerusakan ekosistem yang menyebabkan sungai rimba dapat dengan mudah meluap dan dapat menimbulkan banjir bagi warga yang tinggal di sekitaran sungai tersebut.
Sebelumnya, Ihsan dan Riska mempunyai penelitian mengenai sungai untuk mengikuti konferensi ICSBE, namun tidak dilanjutkan dikarenakan kesibukan masing-masing. Ketika mengetahui sayembara tersebut yang mengangkat tema mengenai sungai, keduanya pun mengambil materi yang ada pada penelitian sebelumnya untuk di kembangkan dengan membentuk tim kembali bersama Melisa.
Konsep yang mereka berikan adalah membuat water tower yang bisa digunakan untuk public space. Water tower ada 2 tangki, yang pertama tangki air hujan dan kedua tangki air tanah yang di purifikasi. Dimana dari air sungai itu di beton kemudian dibuang betonnya, dan dibuat seperti modul terasering agar dapat langsung menyatukan warga dengan sungai kemudian menyerap air dan mengalirkan ke tangki bawah tanah dan ada proses purifikasi air kemudian setelah itu air akan di pompa menuju tangki yang menyimpan air tanah tadi.
Selain oasis, mereka juga diminta untuk membuat sebuah taman yang bisa mewadahi aktifitas warga. “Yang paling penting adalah bagaimana mencegah warga untuk membuang sampah ke sungai”, kata Ihsan. Maka dari itu, mereka menetapkan strategi untuk mendekatkan warga dengan sungai. Ihsan mengatakan bahwa “Kebanyakan sungai di Indonesia itu di beton disampingnya, dan itu sebenarnya hal buruk kerena itu menjauhkan warga dengan sungai. sementara sungai itu penyedia ekosistem alami yang sebenarnya dibutuhkan oleh warga. Jadi, kami membuang batas itu kita menyatukan warga dengan sungai sehingga dapat mengenal, menghargai dan belajar dan tidak akan membuang sampah disungai”, lanjutnya.
Namun, tidak mungkin untuk langsung menghilangkan beton yang ada di sungai tersebut. sehingga dibuatlah desain terasering itu dan tetap ada betonnya tapi di tengahnya itu diberikan rerumputan atau bebatuan taman.
Kelebihan dari desain yang mereka berikan adalah tempat yang public space. Dan dibawahnya dibuatkan perpustakaan mini karena menurut informasi yang di dapatkan, di Kota Banjarbaru adalah kota terpelajar. Agar diatasnya tidak kosong, maka dibuatkan juga tempat pembibitan tanaman sehingga warga bisa memanfaatkannya sebagai vegetasion farming.