Dua Siklus Evaluasi: Menuju ‘Continuous Improvement’
Bagi mahasiswa Arsitektur, evaluasi karya adalah saat yang sangat menentukan. Dalam evaluasi tersebut akan dapat dilihat kemampuan sesungguhnya seorang calon arsitek melalui gambar-gambar teknis, tulisan, sketsa tangan ataupun gambar dari Computer Aided Design (CAD) yang diproduksi selama satu semester. Untuk itu Jurusan Arsitektur mengembangkan suatu sistem evaluasi dua siklus (two cycles evaluation).
Siklus pertama sistem evaluasi dilakukan secara internal oleh para dosen. Namun, bukan hanya oleh dosen pembimbing selama satu semester, evaluasi juga dilakukan oleh dosen di luar kelasnya. Di situ mahasiswa diminta menempelkan hasil selama satu semester di papan display yang disediakan di Studio dan mempresentasikannya di hadapan dosen partner dari kelas berbeda. Kemudian, seluruh dosen dari studio yang bersangkutan, misalnya Perancangan Arsitektur 3, 5 atau 7, akan berkumpul untuk “mengkalibrasi” hasil karya mahasiswa mereka. Di situ dilakukan evaluasi yang berguna untuk memberi masukan bagi rancangan pembelajaran yang diterapkan. Hasil evaluasi ini akan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum secara komprehensif. Di lain pihak, karya yang terpampang juga akan dilihat oleh seluruh mahasiswa yang dengan keadaan ini suasana saling belajar dapat terbangun.
Siklus kedua sistem evaluasi dilaksanakan dengan menggandeng evaluator dari eksternal. Dalam hal ini evaluator adalah para arsitek profesional dari Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta. Studio Perancangan Arsitektur 5 dan 7 baru-baru ini (17 Januari 2013) melaksanakan evaluasi siklus kedua tersebut dengan mengundang empat arsitek. Mereka adalah Arif Heru, IAI yang juga Ketua IAI DIY, Dular Budi Jatmiko, IAI, Suhadi Datun, IAI dan Adishakti, IAI. Mereka bekerja maraton hampir seharian untuk menilai kinerja kelas melalui karya para mahasiswa.
Model dua siklus ini akan dilembagakan dan menjadi model yang akan terus dikembangkan oleh Jurusan Arsitektur dan diberlakukan bukan hanya untuk Perancangan Arsitektur tetapi juga untuk Tugas Akhir. Selain sebagai metode untuk perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) metode ini juga dalam rangka dalam rangka memperkuat sistem pembelajaran menyongsong Akreditasi Badan Akreditasi Nasional dan evaluasi Substantial Equivalency oleh Korean Architecture Accrediting Board.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!