Kategori untuk menampung artikel-artikel yang bersifat hasil / keluaran proses akademik, seperti Karya Tulis, Desain, dsb.

ADS 5

ADS 4

ads04 Read more

ADS 3

ads03 Read more

ADS 2

ads02

Read more

ADS 1

ads01 Read more

High Density Dwelling: Representing And Incorporating Social Relation

Bagi masyarakat Indonesia yang dominan “berbasis hidup di muka tanah”, permasalahan yang sering diklaim oleh para sosiologis dan behaviorist adalah kehidupan vertikal akan menceraiberaikan relasi sosial. Bagaimana sebenarnya relasi sosial yang terjadi di kehidupan permukiman vertikal? Apakah muncul bentuk relasi yang berbeda dengan mereka yang berdempetan secara horisontal? Apakah masih diperlukan relasi semacam kehidupan horisontal di dalam struktur kehidupan permukiman vertikal itu? Bagaimana cara dan bentuknya? Dan masih banyak lagi pertanyaan untuk ini.

Urban Retrofitting: An Experiment With Alien Functions

Seringkali projek arsitektur dimulai dari “kertas kosong” atau tapak yang dianggap kosong. Lalu bagaimana jika rancangan memang dimulai dari konsep yang ditujukan untuk menyelipkan sebuah (fungsi) tambahan di bangunan yang telah ada sebelumnya? Bagai

Accommodating The Informalities Through Architecture

Seringkali istilah informalitas merupakan antonym dari konsep formal dan konsep ini bisa sangat menyesatkan. Dalam sub tema ini, informalitas tidak dimaknai seperti itu akan tetapi sebagaisebuah model pengkotaan, sebuah sistem norma yang mengatur perkembangan  “mode of urbanization” yakni sebagai kota itu sendiri (Roy & AlSayyad, 2004). Dengan demikian, arsitek ditantang untuk memahami norma tertentu dan menciptakan model-model arsitektural yang berbasis pada norma itu yang dalam perspektif lebih luas harus mengacu pada norma yang sustainable dan pro poor.

Proto Urban Condition: Mapping Urban Qualities And Its Architectural Intervention

Sub tema ini berfokus pada usaha memahami kondisi “proto urban”. Istilah tersebut dibuat untuk menunjuk pada dua hal yakni lingkungan binaan yang belum menjadi kota serta lingkungan binaan yang telah menjadi “bentuk generik” karakter kota. Kota tepian sungai, kampung kota, gejala sprawl di pinggiran kota, blok-blok bangunan yang menciptakan “ruang kosong” adalah bentuk- bentuk generik yang perlu diperhatikan karena ruang-ruang tersebut seringkali dipinggirkan. Dalam sub tema ini, arsitek ditantang untuk dapat mencari bentuk, mencari problematikanya serta mengintervensinya melalui desain.

PA7: Tuksono Techno-Uni-Park

Tuksono Techno-Uni-Park Technopark adalah sebuah entitas spasial yang saat ini marak sebagai solusi pembangunan yang berbasis industri dan teknologi. Secara teoritis technopark adalah varian dari “theme park” yang merupakan entitas spasial yang menurut Michael Sorkin sebagai ‘a-geographical city’ karena ia terlepas dari konteks geografis sekelilingnya. Walaupun ia banyak dikritik karena implikasi dari kecenderungan yang lepas konteks geografis ini (lihat lebih jauh di Sorkin, 1992, Variations on a Theme Park) namun tetap menjadi ‘strategi idola’ bagi banyak pemerintah untuk memacu pertumbuhan daerahnya. Tantangan terbesar bagi para arsitek adalah bagaimana mengarahkan pertumbuhan theme park ini menjadi lebih kontekstual. Ini pula yang akan menjadi basis teoritis bagi pencanangan Techno-Uni-Park in Tuksono yang menjadi master project bagi Perancangan Arsitektur.

Proyek Perancangan Arsitektur 7 adalah sebuah ‘simulasi’ yang diasumsikan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersama konsorsium universitas-universitas dan dunia industri di DIY membangun sebuah Technopark di Tuksono, Kulon Progo yang diberi nama “Tuksono Techno-Uni-Park.” TTUP ini diharapkan menjadi sebuah kawasan terpadu yang menampung beragam kegiatan industri berbasis IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni) dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Dalam PA 7 ini lantas perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan masterplan secara ringkas (perencanaan makro) dan kemudian diisi dengan berbagai rencana pengembangan fasilitas berupa gedung-gedung untuk riset-pengembangan-industri (industry-research-development) (perancangan mikro).

Dalam perencanaan makro master plan sekelompok dalam satu kelas akan menentukan pedoman umum misalnya industri macam apa yang boleh dan tidak boleh (positive / negative list industries), model transportasi, respon terhadap alam (sungai dalam hal ini), manajemen limbah, sistem keamanan, pewadahan terhadap permukiman para pekerja, fasilitas trading & exhibition house serta urban design guideline untuk kawasan itu (BCR, FAR, green area dll). Dalam perancangan mikro, individu mahasiswa akan merancang masing-masing bangunan yang menjadi fasilitas industrinya yang akan terdiri dari: BISNIS KREATIF berbasis Teknologi Informasi, Komunikasi dan Film. BISNIS INDUSTRI ASEMBLING produk Teknologi Telekomunikasi. RISET TERAPAN universitas tentang Teknologi Informasi, Telekomunikasi dan Seni. Perancangan Arsitektur 7 juga harus didekati dengan pendekatan hybridity yang menjadi tema tahunan Jurusan Arsitektur ini.

Untuk itu, dalam PA 7 ini Pusat Studi menjadi berperan sentral sebagai “penterjemah” program ini kepada para mahasiswa karena akan momot “cara pandang” untuk mengintrepretasi hybridity untuk Tuksono Techno-Uni-Park ini. Diharapkan mahasiswa sebelum key-in sudah menetapkan pilihan kelas yang terkait dengan cara pandang dosen pengampu yang tergabung dalam masing-masing pusat studi. Rincian dapat diakses di http://wiki.uii.ac.id/index.php/Perancangan_Arsitektur_7