CSD Study

Pada masa kini, kita diadaptasikan untuk bisa menerima bentuk ruang insular ke dalam ruang hidup yang sejalan pola-pola gaya hidup baruakibat adanya proses adaptasi masyarakat kita. Proses adaptasi ini berlangsung bukan hanya tanpa konflik, akan tetapi juga meninggalkan jejak permasalahan terlebih ketika lapisan dasar masyarakat kita masih sangat kental dengan kehidupan yang cair – kekeluargaan – informal. Proses ini secara arsitektur memiliki efek samping karena insularisasi ruang juga telah menciptakan batas-batas yang tak terlintasi oleh masyarakat secara sosial, ekonomi dan budaya. Dalam konteks inilah Center for Socius Design (CSD) berpendapat bahwa dimensi teritorial dan identitas yang terinsularasi itu harus dicari solusinya yakni solusi yang sesuai dengan kehidupan masyarakat kita. CSD merupakan wahana untuk eksperimentasi arsitektural yang secara langsung memihak pada usaha untuk mencari keseimbangan, mempromosikan rekonsiliasi dan kesesuaian agar lebih berkelanjutan secara sosial. Melalui CSD Anda diundang untuk berpikir kritis – out of the box – dalam menghadapi persoalan nyata tersebut. CSD beranggapan bahwa walaupun masalah yang dihadapi sepertinya “klise” namun justru diperlukan solusi-solusi disain yang tidak klise, mungkin radikal, karena nyata-nyata persoalan klise itu tak kunjung selesai dengan pendekatan konvensional kontemporer. Keberanian melontarkan ide konstruktif sangat dihargai!

Center for Islamic and Nusantara Traditional Architecture (CITAR)

The Center for Islamic and Nusantara Traditional Architecture (CITAR) focuses on developing architectural design thinking that creatively (emphasizing novelty) and innovative (emphasizing on usefulness) explores the treasures of Islamic architecture and the archipelago to meet contemporary needs based on intensive studies on the topic .

Substantially this thought is based on:

  • Philosophy of Values ​​(harmony with nature, divinity, nature of human beings etc.)
  • Building tradition (shape, construction, arrangement of space, ornaments, lighting, etc.)
  • Behavior and Habits (customs, ethics, behavior, habits, etc.)
  • Historic buildings (preservation and development of historic buildings or areas)

Our experts:

  1. Munichy Bachron Edrees, Ir, M.Arch (Associate Professor)
  2. Revianto Budi Santosa, Dr (cand) (Assistant Professor)
  3. Arif Budi Sholihah, PhD (Assistant Professor)
  4. Handoyotomo, Ir, MSA (Lecturer)

Blue Ribbon Award: 2011/2012

Untuk pertama kalinya, Blue Ribbon Award telah diselenggarakan pada masa perkuliahan semester ganjil tahun 2011/2012. Pada tahap awal, hasil karya-karya mahasiswa dalam MK. Perancangan Arsitektur akan diseleksi pada akhir masa perkuliahan oleh dosen pengampu mata kuliah untuk menemukan nominasi terbaik dari setiap kelasnya. Beberapa nominasi selajutnya diseleksi bersama oleh para dosen Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia. Pertimbangan penilaian dalam  kompetisi ini tidak sebatas menitik beratkan sudut estetis saja, melainkan pertimbangan aspek-aspek lain secara objektif jauh lebih ditekankan. Selain itu, setiap proses kreatif perancangan dalam MK Perancangan Arsitektur menjadi salah satu aspek utama dalam bobot penilaian.

Blue Ribbon Award is the highest reward for student’s masterpiece of Architecture Design course in Architecture department, Islamic University of Indonesia. This activity which is presented by the laboratory  of architecture design team, is an innovation that is struggle to push forward and keep student’s creativity in their design creativity progress. Mainly, this reward is intended to give an appreciation for best creations of the stuudents which have gone through every process of architecture design course.
For the first time, Blue Ribbon Award has been established in in first 2011/2012 lectures period. In the first step, the student’s creations are selected in the end of the term by the involved preceptors to find the best nominee of the class. Then, some nominees will be selected further by a group of lecturers. The scoring consideration is not only focused in aesthetic value, but also considertion in other aspects which is more objective. And every creative process design in Architecture Design Course is the main aspect in judging.

Translated by : Nadira Amal

TUGAS AKHIR

Tugas Akhir (TA) di Jurusan Arsitektur UII MK terakhir berSKS 10 yang dikemas dalam sebuah proses untuk menciptakan keunggulan kompetensi spesifik, yang berbasis pada kemampuan diri, berdasar peminatan untuk mengkonstruksi keunggulan kompetitif diri mahasiswa. Kasus yang diusulkan setiap peserta bersifat unik. Kultur ini diciptakan dengan memberi dukungan yang kuat pada proses pembimbingan melalui kelompok bidang keahlian dan peminatan dosen yang tergabung dalam bentuk pusat studi.

Pada prinsipnya proses TA adalah menciptakan kultur merancang (design) yang berbasis pada kajian yang mendalam sesuai metode perancangan yang cocok dengan permasalahan yang diangkat. Dengan demikian dualisme perancangan dan kajian keilmuan dilebur untuk menghasilkan karya arsitektur yang lebih berbobot melalui keseimbangan antara cetusan kreativitas dan proses proses ilmiah yang mengiringi proses perancangan arsitekturnya. Dalam hal penilaian, berbasis pada akumulasi nilai tahap dan sumber penilaian. Dengan demikian, proses tugas akhir akan lebih terkalibrasi secara inter-subjektif dan mencerminkan kualitas capaian keunggulan yang diraih oleh mahasiswa.

Final project in architecture department is the last course that has 10 course time. It is wrapped into a process to create a specific competition exellencen which is based from self-competent and abbilities, and an achievement to construct student’s self-competitive superiority. The cases that students usually propose are unique. This culture were made by giving a strong support to the assistance process through the certain skilled groups and lecturer request that are united in a study center.
In principle, Final project process creates a design culture based by a further study accordance with the design method that is suitable with the selected problem. Thus, design’s dualism and scholarly study are merged to create architecture works that is more qualified through the balance between creative ideas and scientific processes which escort architecture design process. In scoring matter, it is based from scoring step accumulation and scoring source. Therefore, final project process will be more calibrated inter-subjectively and resembling quality taht is achieved by the students.
Translated by : Nadira Amal

Karya Tulis Mahasiswa

Karya Tulis Ilmiah merupakan Mata Kuliah Pilihan Terbatas (MKPT) yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan  menyusun karya tulis secara runtut dan berbobot. Disisi lain, melalui Karya Tulis Ilmiah, mahasiswa dibangun untuk memiliki kemampuan sensitif dalam menangkap fenomena-fenomena arsitektur utamanya dalam konteks Indonesia. Diawali dengan pembekalan kemampuan mahasiswa untuk menemukan dan menentukan tema, kemudian menelaah gejala – gejala yang terekspresikan serta mencoba memunculkan dugaan-dugaan progresif dan sensitif terkait dengan permasalahan yang akan dikaji.
Kajian atau paparan tema-tema arsitektural yang ditawarkan pada mata kuliah ini diantaranya adalah :
•    Sejarah dan Teori Arsitektur
•    Kota dan Permukiman
•    Struktur dan Konstruksi
•    Ilmu bangunan (Building Science)
•    Teknologi Bangunan
•    Lansekap
•    Manajemen, Hukum serta Pranata Pembangunan
Namun tidak sebatas tema-tema arsitektural tersebut, Jurusan Arsitektur juga membuka kemungkinan adanya pengkajian tema-tema besar arsitektural lainnya yang lebih tereksplorasi secara tidak terbatas.
Keunggulan lain yang turut ditawarkan dalam Mata Kuliah Pilihan Terbatas (MKPT) ini adalah adanya kemungkinan hasil kajian Karya Tulis Ilmiah dapat dilanjutkan/ dikembangkan ke tahap Tugas Akhir.

Scientific Paper is a limited optional course which is aiming for giving an ability for the students to arrange a paper according to the right step and have a certain quality. In other hand, with this scientific paper, students are built to obtain a sensitive ability in catching architecture phenomenons ,especially in indonesia context.  Started from student’s briefing in finding and considering the theme , and then analyzing the symtomps which are expressed and trying to bring out progressive and sensitive speculations with the problems talked.
Architectural study or explanation themes that is offered in this course are :
–    Arhitecture History & Theory
–    City and Settlement
–    Structure and Construction
–    Building Science
–    Building Technology
–    Landscape
–    Management, Law, and Construction institution
But not only in those architectural themes, the architecture department also give a possibility of other big themes and issues in architecture to be explored.
The other advantage that is also offered in this limited course is the possibility for the scientific paper to be developed and expanded in student’s final assignment.

Translated By : Nadira Amal

Center for Green Urban Studies (CGUS)

The urgency to respond various problems related to ecological systems in the urban context encourages architecture to be able to provide responsive and adaptive solutions. According to the architectural perspective, this problem can be seen as a potential challenge to create concepts that are able to correlate the ecological system, human behavior, potential areas to be integrated into building design in the urban sphere.


The Center for Green Urban Studies (C-GUS) is a research center that focuses on the development process including planning, designing, implementing, building, and occupying based on a harmonious life towards green urban, city, area, landscape, architecture and human behavior .


The scope of C-GUS research in spatial aspects includes Urban Planning and Design, Landscape Design, Tourism, Housing and Human Settlements, Architecture and Site Planning, Area Specifics (Water fronts, wetland, industrial area, marine, hilly). C-GUS organizes several activities including education, research, publications and social services.
The qualitative value targeted by C-GUS is the ability to design by integrating visual characters in design and building relationships between building design and nature (Environmental Relationship)

 

 

Review and Exhibition Spaces

 

#KuE Programme: Visual Survey Dan Pemetaan

Fase pertama, M.Zamzam Fauzanafi dengan Sensing of the City-nya telah menggambarkan proses research visual melalui metoda kreatif walking with video. Walking with video diinterpretasi oleh beliau sebagai metoda riset secara visual yang dilakukan dengan cara berjalan atau berkeliling menggunakan kendaraan menyusuri kota sembari didokumentasikan melalui video. Pendokumentasian melalui video dalam konteks ini adalah merasakan fenomena bukan sekedar mematakan yang nantinya justru menjadi bias. Pada dasarnya dalam riset ini, terdapat tiga metoda yang digunakan diantaranya adalah berjalan dengan mendokumentasikan fenomena kota melalui video, mengikuti film tour yang juga merupakan tour wisata dan mewawancarai kaum minoritas secara kultural.
Dalam topik Sensing of the City diangkat sub topik yang berjudul (Un-Scene City) yang merupakan upaya untuk menggambarkan realitas kota yang (mungkin) dapat berbanding terbalik dengan apa yang diimajinasikan dalam film. Yang paling menarik adalah kemampuan  M.Zamzam Fauzanafi dalam menjabarkan dualisme realita kehidupan dalam Kota London dengan representasi imajinatif Kota London (Un-Scene City) melalui film Notting Hill. Film Notting hill yang dibintangi oleh Julia Robert dan Hugh Grant telah mampu mengimajinasikan kota London sebagai kota yang romantis dan didominasi kultur barat saja. Namun disisi lain, realitas Kota London utamanya Notting Hill justru terepresentasikan sebagai daerah yang multikultur.
Untuk topik kedua, M.Zamzam Fauzanafi menyajikan representatif Kota melalui riset kampung Kliteran, Klitren Yogyakarta. Riset yang dilakukan oleh ………….. berjudul krasan ini menggambarkan kehidupan dan tatanan sosial dalam lingkup kampung ditengah kota. Riset antroplogi ini dilakukan kaitannya melalui Relasi Emphatetic dan Relasi Embodic. Relasi Emphatetic dibangun melalui survey secara bersama dengan subjek (orang yang tinggal di lokasi riset) untuk mendokumentasikan melalui video terkait fenomena kampung sesuai apa yang dirasakan oleh subjek. Selanjutnya video akan diputar kembali dihadapan subjek untuk membuka percakapan deskriptif dan analisis ringan (video elicitation). Sedangkan Relasi Embodic dibangun melalui proses peneliti melibatkan diri dalam kehidupan di kampung secara langsung. Gambaran utama dari riset ini adalah tingkat kenyamanan penduduk yang cenderung tetap ingin menghuni kampung ini meskipun lengkap dengan kompleksitas problematika dan potensinya.

Pada fase kedua, Judul Green Map dipilih oleh…………. untuk merepresentasikan cara kreatif pemetaan yang tidak hanya dilakukan dari “tampak atas” saja. Aspek yang paling potensial adalah keterbukaan kemungkinan bahwa siapapun dapat membuat peta hijau (green map) ini. Tahapan-tahapan yang melatarbelakangi pemetaan ini adalah ketika melakukan visual survey selanjutanya ditemukan point of interest maka dapat dimemorikan melalui media GreenMap. Dengan kata lain, peta menjadi media pendokumentasian untuk suatu pengalaman.
GreenMap yang pertama kali dipelopori oleh…………… unggul karena kemampuannya memudahkan proses pemetaan melalui icon-icon sebagai penanda. Menurut…………….., GreenMap yang paling efektif adalah peta yang dibuat oleh para masyarakat yang wilayahnya akan dipetakan. GreenMap tidak harus merepresentasikan kekompleksan tetapi bergantung potensi menarik yang ingin diinformasikan. Pada prinsipnya, Green Map dapat dibuat oleh siapapun, dapat dibuat dimanapun, dapat dibaca dimanapun dan dapat digunakan untuk apapun.

Ditulis oleh : Arini Yuliandari

EKSKURSI HMA “mimar” 2012 Ke Singapura Dan Malaysia

Pada tanggal 14 hingga 19 Januari 2012 yang lalu, Himpunan Mahasiswa Arsitektur “mimar” FTSP UII mengirimkan lima delegasi mahasiswa untuk mengadakan ekskursi ke dua negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia. Kelima mahasiswa yakni Tazkia Agung Fuady, Titik Efianti, Silvia Zaianty, Wisdha Ahdiyani dan Muhammad Kholif LWP mengunjungi Singapura selama dua hari dan dilanjutkan ke Malaysia selama empat hari. Tazkia selaku ketua rombongan menjelaskan bahwa tujuan ekskursi HMA “mimar” pada tahun ini adalah untuk studi arsitektur, budaya dan pendidikan sehingga rute rombongan tidak hanya ke lokasi wisata akan tetapi juga ke kampus-kampus di kedua negara tersebut. Di Singapura, mereka berkunjung ke beberapa lokasi wisata diantaranya Sentosa Island, Universal Studio, China Town dan Marina Bay. Selain itu, mereka juga berkunjung ke dua kampus di negeri Maryland itu yakni NUS dan Politecnic of Singapore. Setelah dua hari penuh menjelajahi Singapura, pada tanggal 16 Januari rombongan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur Malaysia melalui perjalanan darat. Sampai di Kuala Lumpur rombongan kemudian mengunjungi beberapa tempat yakni Petronas Twin Tower, Genting Highland, China Town dan Kota Putra Jaya.
Dari serangkaian kegiatan lima mahasiswa di dua negara tersebut, Tazkia menjelaskan bahwa banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik. Misalnya dari segi arsitektur, kelimanya merasakan suasana kota secara makro melalui pemandangan yang terbentang hingga suasana mikro dengan berjalan-jalan di tengah hingga pinggiran kota. Dari segi budaya, semangat kerja dan ketepatan waktu adalah pelajaran berharga yang harus menjadi motivasi untuk dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Selain itu, toleransi yang tinggi di kedua negara tersebut juga kental terlihat dengan adanya suasana kemeriahan di seluruh bagian kota dalam rangka mempersiapkan perayaan Tahun Baru Imlek. Sedangkan dari segi pendidikan, dengan kunjungan ke dua universitas di Singapura dan tempat tinggal di sekitar Universitas Kebangsaan Malaysia, pelajaran yang dapat dipetik yakni penghargaan tinggi terhadap waktu, hal tersebut terlihat misalnya di NUS, dengan jadwal yang padat dan transportasi kampus yang selalu datang tepat pada waktunya, mahasiswa terbiasa dengan ketepatan waktu sesuai dengan jam yang ditentukan. Tazkia menyimpulkan, “Semangat untuk belajar mereka tinggi karena didukung oleh lingkungan dan fasilitas yang memadai, akan tetapi dari serangkaian perjalanan itu terdapat optimisme yang tinggi pula untuk Indonesia, saya dan rombongan yakin Indonesia pasti bisa terus maju. Enam hari di sana menjadi pelajaran yang berharga dan semoga tidak hanya memberikan manfaat bagi anggota rombongan saja tetapi juga dapat didiskusikan di satu forum HMA “mimar” nantinya. Selain itu saya dan rombongan berharap ekskursi HMA “mimar” di tahun mendatang dapat meneruskan kegiatan ekskursi ini dengan persiapan dan pelaksanaan yang lebih baik lagi.”

Why Architecture?

Why do you desire to become an architect? Have you been building with legos since you were two? Did a counselor suggest it to you because of  a strong interest and skill in mathematics and art? Or are there other reasons? Aspiring architects cite love of drawing, creating and designing, desire to make a difference in the community, aptitude for mathematics and science, or a connection to a family member in the profession. Whatever your reason, are you suited to become an architect? (Wadrep, 2006)

Runutan pertanyaan  yang dikutip dari Buku “Becoming an Architect:A Guide to Carrers in Design ” karya Lee W Waldrep merupakan pertanyaan awal untuk meyakinkan diri kita di masa sebelum menempuh pendidikan arsitektur yang nantinya akan menghantar kita sebagai seorang berprofesi arsitek. Apapun yang melatar belakangi anda menempuh pendidikan arsitektur pada tujuannya adalah anda harus menyiapkan kecakapan anda menjadi seorang arsitek yang kreatif, responsif, objektif dan berdedikasi.

Arsitektur adalah sebuah ungkapan bentuk fisik yang merupakan ‘transformasi spiritual’ dari kekacauan menuju keteraturan, kegelapan menuju cahaya, dan ruang menjadi tempat. Interpretasi ini merupakan representasi bahwa arsitektur adalah disiplin ilmu yang kaitannya menciptakan solusi-solusi terbaik untuk fenomena yang digejalakan dunia. Arsitektur mendorong para arsitek untuk mampu menelaah dengan jeli terhadap gejala tersebut.

Dalam konteks umum, arsitektur mencoba untuk merumuskan permasalahan melalui desain / perancangan yakni merancang ruang untuk manusia melangsungkan kehidupannya, manusia melakukan aktifitas bekerja, bermain, berkolaborasi, belajar dll. Perancangan tersebut berawal dari skala hunian, gedung bertingkat hingga tata ruang kota. Lingkup arsitektur yang sangat luas dan identik dengan merancang bangunan, tidak lantas dapat dimaknai bahwa arsitektur hanya mempertimbangkan aspek fungsional bangunan saja. Arsitektur justru mendorong setiap arsitek mampu untuk merancang dengan menitik beratkan kompleksitas dalam aspek kehidupan manusia, sistem ekologi, ekonomi dan teknologi.

Kontributor: Arini Yuliandari W